Skip to main content

Petualangan Sore #2



Hari ini aku pulang kerja seperti biasa, clock out jam 4:05.
Menunggu bis di tempat tunggu yang biasa.
Yang terasa tidak biasa sore ini adalah badan ku yang mulai gemetar.
Kepala ini juga agak berat sejak siang, mungkin sudah terasa sejak pagi tapi ku lawan dengan pekerjaan seperti biasa.

Sore ini angin bertiup agak kencang, kunaikan resleting jaket sampai ke leher.
Angin tak perlu menambah parah badan ku yang sudah mulai oleng ini.
Aku juga mulai linglung, sempat ku buka tas untuk mengambil kabel earphone lalu lupa menutup resleting tas ku lagi.
Dan baru sadar saat aku duduk di dalam bis.
Untung tidak ada barang yang hilang diambil orang.

Wireless earphone ku juga tertinggal di meja kerja, bersama dengan tas pinggang.
Entah apa yang ada dipikiran ku sore ini ketika hendak pulang.
Mungkin kepala berat ini yang harus disalahkan.

Kursi bis kota memang selalu keras dan apa adanya.
Tapi duduk di kursi bis saat itu adalah suatu kelegaan,
Kurasa jika saat itu pingsan pun aku sudah aman, sedang duduk.

Kupikir memejamkan mata dengan senandung lagu di telinga akan sedikit membantu.
Nyatanya tidak, bis kota sore ini cukup sesak.
Di seberang ada anak balita yang terus merengek.
Tak jauh dari pintu bis, pengamen tuli bernyanyi sambil berteriak-teriak tak bernada.
Semua terjadi bersamaan dan sepanjang perjalanan.
Lebih parah ketika supir bis seperti lupa punya pedal rem di kaki nya.

Aku ingin cepat turun.
Aku ingin cepat turun.

Dan Tuhan sangat baik.
Jalan tol padat tapi tidak berlebihan.
Langit masih cerah, tidak ada tanda akan hujan.
Aku masih di lindungi Nya.

Segera setelah turun bis, aku segera mengabari mereka yang sedang menunggu ku pulang.
Lebih sebagai pernyataan untuk ku sendiri, "Aku sudah turun bis dengan selamat..."
Berlebihan? mungkin.
Tapi dalam kondisi badan seperti ini, mungkin orang lain kurang lebih akan merasa dan berpikir hal yang sama.

Tantangan pulang tidak berhenti sampai disitu.
Supir ojek yang aku naiki pun sepertinya juga sering lupa untuk menarik tuas rem.
Yang terlintas dipikiran ku saat itu,
"Kalau sampai terjadi apa-apa, orang ini akan mati bersama ku. Dan harusnya tidak terlalu sakit, karena badan ku sudah mulai tak berasa."

Aku masih di lindungi Nya.
Aku turun motor dengan badan lebih gemetar dari sebelumnya.
Tapi yang penting aku masih selamat.

Ibu ku seperti sudah tau anaknya pulang dengan keadaan tak biasa.
Dia langsung memeluk tubuh gemetar ku, sesaat setelah aku masuk.
"Kamu kok panas sekali badan nya?"

Aku sudah di rumah.
Aku mengabari mu.

Berharap cerita petualangan ku sore ini sampai duluan.
Tapi mungkin kau juga lupa bertanya,
"Gimana tadi perjalanan pulang?"

Jadi ku jawab saja, agar kau juga tak melewatkan cerita ku.

Biar kau yang sibuk dengan pikiran dan kegiatan mu disana,
bisa membaca nya saat ada waktu luang untuk memikirkan ku.


Comments