Skip to main content

Hening Malam

Malam itu waktu menunjukkan pukul 3.10.
Aku menatap layar handphone dimana telpon ku masih tersambung,
Ku lihat pergantian tiap detiknya, lalu menjadi menit.
Aku tidak berbicara apapun, hanya menunggu sambungan telpon nya terputus, kapanpun.
Dia sudah terlalu hapal keheningan kamar ku, suara jam dinding kamarku, hembusan nafas ku saat tidur, yang biasa menjadi temannya di seberang sana.
Selama sisa beberapa menit itu pula aku mengumpulkan semua kenangan yg bisa kuingat.
Namun kalimat itu terlalu kuat hingga terngiang-ngiang setiap ku berusaha menutup mata.

"Ada yang serius..."

Padahal aku mendapat jawaban malam itu.
Jawaban penentu segalanya, menurut ku.
Sesaat muncul perasaan lega yg aneh.
Ya, harusnya aku lega,
semua tangis yang jatuh di tempat tidur, 
semua rasa sesak di dada,
semua rasa takut setiap aku terjaga,
semua mimpi tiap malam,
semua kekhawatiran atas ketidakjelasan,
sudah ada jawaban nya.

Namun aku cepat sadar, aku telah kalah saat itu juga,
atau malah mungkin sudah kalah jauh sebelumnya,
hanya aku terus memungkiri nya,
karena aku egois, aku ingin terus bahagia,
tapi,
Aku kalah telak.
Aku kalah telak.
Aku telah kalah di pertempuran ku sendiri.
Aku menantang diriku terlalu jauh,
hingga batasnya tak ku lihat.
Aku kalah.
Aku harus mengalah.

Sambungan telepon nya mati pukul 3.15 tepat.
Dan aku harap rasa ku mati saat itu juga.
tapi ternyata tidak, aku masih terus terjaga,
dengan kebisingan di kepala.
Lebih buruk lagi, efek obat ku sudah habis bekerja.

Comments