"Bi, lagi dikosan gak?" tanya Rudi.
"Iya, kenapa?" tanya Byan diseberang telepon.
"Gue kesana ya. Numpang tidur" kata Rudi.
Klik! Telepon diputus.
"Gue mau nonton The Exorcist, lo kalo mau tidur, tidur aja. Mau gue kencengin volume nya. Jadi gausah protes!" kata Byan memperingatkan Rudi yang sudah duduk manis di kamarnya tanpa berbicara sepatah katapun. Bukannya tidur Rudi malah bergerak ke meja komputer, ia memasang headset lalu main game kesukaannya di laptop Byan.
Byan yang sudah berkonsentrasi dengan film nya menengok ke arah Rudi. "Lah katanya mau tidur, malah mainan." Byan berbicara sendiri. Lalu kembali menatap televisi lagi.
Film yang ditonton Byan hampir habis, tapi ada suara mengganggu yang didengar oleh Byan. Ia menoleh ke arah Rudi, "Woy! Lo pake speaker apa headset tuh di kuping?" protes Byan yang terganggu oleh suara musik yang keluar dari headset Rudi, ia menyalakannya sangat keras dan terdengar hampir sekencang suara speaker. Rudi tidak bisa mendengar teriakan sahabatnya itu. Kepalanya tertunduk diatas kedua tangannya yang saling bertumpu.
Byan terpaksa berdiri dari posisinya lalu mendekati Rudi. "Di, kalo mau tidur dikasur sana. Game over tuh mainan lo!" Byan menggoyang tubuh Rudi sedikit. Tidak ada respon. Kemudian tubuh Rudi bergetar sedikit. Makin bergetar. Dan makin hebat. Byan berusaha membalikkan bahu Rudi. Rudi terisak. Astaga! Byan tidak pernah sekalipun melihat sahabatnya itu menangis. Byan yang biasanya cerewet hanya dapat terdiam diposisinya. Berusaha memahami situasi yang sedang dialami Rudi.
Comments