"Pinjem laptop lu bentar ya!" teriak Rudi kepada temannya yang sedang memasak mie di dapur kosan. "Iyee." jawab Byan dengan suara melengking khas Betawinya.
"Udah kelar nih?" tanya Byan sambil menyeruput mie sekembalinya ke kamar. "Udah, thanks ye." Rudi sudah duduk manis didepan TV sambil sibuk memencet-mencet remote. "Kebiasaan lo, numpuk-numpuk tab di browser gue. Tutup lagi kek!" Byan sewot karena tab pencariannya tambah banyak dan bercampur dengan tab pencarian bekas Rudi.
"Sori, lupa gue." jawab Rudi dengan ekspresi datar. "Gue tutup semua ya?" tanya Byan lagi. "Iya." jawab Rudi singkat. "Lo ngapain buka situs perpustakaan nasional Australia?" Byan menghentikan klik-an mouse nya. "Hah? Ohh gue lagi nyari buku." jawab Rudi setengah konsentrasi dengan acara kartun di TV. "Buku apaan? Jauh amat!" tanya Byan lagi, sampai akhirnya diarahkan mousenya menuju tanda silang diujung tab dari website yang sedang mereka bicarakan. Ia menutupnya. "Novel lama, terbitan tahun 2005. Udah gak diterbitin lagi kayaknya. Gue udah browsing nemu copy-an novelnya ada di sana tapi harus jadi member perpusnya dulu, harus warga negara sana juga." jawab Rudi dengan nada putus asa.
Byan menyeruput habis kuah mie nya. "Itu novel buatan mana sampe nyangkutnya di Australi?" Rudi diberondong pertanyaan lagi. "Buatan Indonesia By. Gue udah nyari dari lama banget. Setahun yang lalu gue udah sempet dapet di internet, pas gue udah transfer duit ternyata stok nya udah gak ada dari penerbitnya. Bego nya masih dipajang aja tuh buku di situsnya. Kampret!" Rudi tiba-tiba kesal dengan ceritanya sendiri. "Buset, segitu pentingnya tuh buku buat lo?" tanya Byan cerewet. Rudi terdiam. Ia merasa tak perlu menjawab lagi.
Comments