Skip to main content

Bertautan




07:53 AM
Message from : Gadis
Ke Bosscha yuk?



08.00 AM
Message from : Rudi
Hah? mau ngapain?



08.05 AM
Message from : Gadis
Jalan-jalan aja. Aku lagi pengen kesana.



08.13 AM
Message from : Rudi
Hmm, yaudah jam 10 ketemuan di Setiabudhi aja.



08.20 AM
Message from : Gadis
Okay :)



10.35 AM
Rudi baru sampai di tempat mereka sepakat untuk bertemu. Rudi melihat punggung Gadis dari kejauhan, ia langsung menghampiri sambil mengendap-endap. "Sendirian aja neng?" sambil menepuk pundak Gadis. Gadis menoleh tanpa terkejut sedikitpun. "Ini jam berapa? Pas kamu bilang 'udah dijalan' pasti itu baru banget keluar dari kosan. Ya kan?" Rudi disambut dengan sewot. Rudi cengengesan. Alih-alih menghibur Gadis yang terlanjur bete, Rudi mengajak Gadis untuk menemaninya sarapan.

"Jadi ke Bosscha?" tanya Rudi memancing percakapan. "Jadi lah" jawab Gadis bersemangat, matanya berbinar-binar setelah kata 'Bosscha' disebut. Ia tersenyum lebar. "Hmm, kayaknya mendung. Besok aja gimana? Ini kan hari sabtu, pasti macet." Rudi mencari banyak alasan. Gadis langsung cemberut seketika. "Hehehe, besok aja yuk? Hari ini pasti macet." Rudi malah menambah minyak pada api. "Tau ah, aku mau pulang aja. Aku bisa kesana sendiri. Kalo besok belum tentu aku bisa." Gadis meledak. Rudi panik seketika. Gadis melangkah keluar dari tempat mereka makan. Rudi segera mengejarnya dari belakang.

"Dis!" Rudi melangkah lebih cepat. "Dis, sorry. Yaudah ayo berangkat sekarang." Rudi merasa bersalah. Gadis masih kesal dengan sikap Rudi. Ia hanya diam. "Dis, ayo! Keburu ujan." ajak Rudi sambil menarik tangan Gadis tanpa menunggu jawabannya.


12.15 PM
Mereka sampai di Bosscha. Langit hari ini memang mendung. Rudi tidak berbohong. Namun sejuknya udara Lembang menciptakan suasana nyaman bagi Gadis, rasa malas yang sebelumnya hinggap pada Rudi pun seketika lenyap. "Kamu bawa payung gak?" tanya Rudi. "Bawa dong." jawab Gadis dengan penuh semangat. Marahnya sudah lenyap. Pikir Rudi.

Bosscha membuka jadwal kunjungan khusus untuk keluarga hanya pada hari Sabtu itupun harus reservasi terlebih dulu, sedangkan tutup di hari Minggu. Dari kejauhan beberapa pengunjung datang dengan niat yang sama dengan Rudi dan Gadis. Tidak banyak memang, hanya ada beberapa keluarga kecil dengan anak-anak, beberapa remaja dan pasangan muda.Perjalanan panjang mereka tidak sia-sia. Mereka beruntung karena staff Bosscha membuka tur mendadak hari itu, karena melihat antusiasme pengunjung yang sudah jauh-jauh datang.

Rudi dan Gadis mengikuti rangkaian tur dengan antusias. Rudi memang penggemar sejarah dan perbintangan sementara Gadis memiliki banyak tempat yang ingin ia kunjungi, Bosscha salah satunya. Mereka berdua dibuat takjub oleh teropong bintang yang sangat besar terpajang kokoh didepan mereka. Sesekali Rudi mencuri pandang ke arah Gadis. Gadis sendiri sibuk mengabadikan suasana ruang teropong bintang dengan handphone nya. Sadar Rudi sedang memperhatikannya, Gadis jadi salah tingkah. Pipinya memerah. Lesung pipinya muncul setiap kali ia tersenyum. Rudi jadi ikut salah tingkah melihat senyuman Gadis. Cantik sekali. Rudi berusaha mengendalikan diri.

Tur dilanjutkan ke gedung berikutnya. Hujan deras tiba-tiba turun. Semua pengunjung termasuk Rudi dan Gadis terjebak di gedung utama. Beberapa dari mereka membuka payung dan menyeberang ke gedung selanjutnya. Tinggal Rudi dan Gadis yang tersisa. Gadis membuka payungnya. "Ayo!" ajak Gadis sudah bersiap-siap untuk menyebrang. "Aku gak mau pake payung!" kata Rudi kekanak-kanakan. "Udah deh gausah macem-macem." Gadis berubah galak. "Yaudah kamu jalan duluan, aku nyusul dibelakang" kata Rudi. Gadis menutup lagi payungnya yang berwarna pink tua. "Yaudah kalo kamu gak pake payung, aku juga gak pake." Gadis bete lagi. Sudah kesekian kalinya dalam hari ini Rudi membuat mood Gadis berantakan.

"Yaudah ayo nyebrang." kata Rudi pasrah. "Nah gitu dong." Gadis tersenyum sambil membuka payungnya lagi. Mereka berlari dibawah hujan berteduh payung warna pink tua. Rudi sangat tidak suka warna itu.

Tur sudah berakhir. Namun rintik hujan masih terus membasahi Lembang dan sekitarnya. Kali ini tinggal Rudi dan Gadis yang masih ada di sekitar taman Bosscha. Gedung-gedung tua Bosscha sepi lagi. "Foto yuk?" ajak Gadis. Rudi tersenyum sambil mengangguk pelan.

Klik! Foto kaki mereka berdua di aspal yang basah dengan latar belakang gedung Bosscha tampaknya akan menyimpan semua cerita mereka hari ini. Tiba-tiba hujan deras datang lagi. Mereka berlari mencari tempat berteduh. Tempat terdekat yang ada hanya pohon rindang yang berdiri persis didepan gedung utama Bosscha. Mereka berteduh disana. Gadis masih asik memotret indahnya gedung Bosscha ditengah rintik hujan. Rudi mengulurkan tangannya, ia memeluk Gadis dari belakang. Rudi tampak tidak peduli dengan sekitarnya. Dipikirannya hanya ada Gadis. Dan memeluk perempuan kesayangannya ini adalah satu-satunya hal yang ingin dia lakukan sejak bertemu tadi pagi. Nyaman adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan perasaan mereka saat ini. Jantung mereka kini berdekatan dengan detak yang seirama.

Hujan masih turun cukup deras. Rudi dan Gadis memutuskan untuk pulang. Tuhan sudah amat baik hari ini. Ia menciptakan kesempatan, takdir, keberuntungan, hujan dan rasa nyaman. Ia juga tak lupa menyelipkan kehangatan diantara kedua tangan yang saling bertautan di tengah hujan.


Comments