Skip to main content

Takdir Saya


Saya sudah sangat kurang ajar karena masuk lagi ke kehidupan kamu.
Tapi saya gak bisa nyalahin diri saya sendiri. Karena saya percaya sama takdir.
Takdir yang diciptakan oleh Tuhan waktu itu, yang membuat saya bisa ketemu lagi sama kamu setelah sekian lama kita gak ketemu. 

Saya masih ingat saat terakhir kali menyapa kamu di depan gerbang sekolah,
waktu kamu tiba-tiba muncul di depan sekolah saya karena urusan OSIS.
Hanya sepersekian menit saya menyapa kamu, lalu saya pergi dan berlalu. 
Dan setelah itu kita saling sibuk dengan kehidupan kita masing-masing. 
Tapi apa kamu tahu, setelah saat itu saya kangen. Kangen berantem lagi, berdebat hal apapun sama kamu.

Saya akan mengulang pernyataan saya. Saya selalu percaya dengan takdir, selalu percaya. 
Karena Tuhan selalu menunjukkan dan membuat saya jadi percaya.
Takdir itu terjadi lagi. Hampir 2 tahun lebih setelah pertemuan terakhir. 
Lucu nya takdir itu terjadi diantara ribuan orang dalam satu tempat.
Tempat itu sangat luas bahkan untuk menjangkau semuanya, kamu harus menggunakan kendaraan untuk mengelilinginya. 

Tidak ada janji, atau bahkan tau kamu ada di Bandung saat itu. 
Diantara ribuan orang, ada satu orang yang langsung menarik perhatian saya.
Satu orang yang saya hafal betul ciri-ciri fisiknya, gerak tubuhnya, bahkan cara nya tertawa.
Untuk sesaat saya butuh waktu sekitar 5 menit untuk meyakinkan diri sendiri, kalau orang itu kamu.
Maklum mata saya minus dan saya berjarak kurang lebih 10 meter dari tempat kamu berdiri saat itu.
Di menit ke 6 saya sudah yakin pasti, itu kamu.
Saya bangkit dari posisi saya sebelumnya, memantapkan diri untuk mendekat dan menyapa diantara asiknya perbincangan kamu dan teman-temanmu. 

Kamu tau, hal selanjutnya yang terjadi setelah ini selalu menjadi bagian favorit saya.
Kamu berbalik badan, meneriakkan nama saya dan itu adalah ekpresi yg sangat terekam mati diotak saya.
Saya cukup kaget dengan respon yang kamu ciptakan yang sempat membuat saya menjadi kikuk,
sementara teman-temanmu pun ikut memandang aneh tingkah kita berdua, ditambah tatapan orang-orang disekitar tempat itu.

Lagi-lagi hanya sepersekian menit kita saling sapa,
sampai saya lupa bertanya "Kamu apa kabar?",
tapi yang muncul dari mulut saya malah "Saya pulang duluan ya".
Jangan salahkan saya atas kalimat itu, tapi silahkan menyalahkan ke-kikuk-an saya saat itu.
Karena semakin lama saya berdiri disana, teman-temanmu makin memandang saya aneh (re: muncul tiba-tiba). 
Setelah itu yang saya ingat, senyum lebar masih menempel lekat di bibir saya, lama sekali.
Saat jarak antara saya dan kamu tiap detiknya bertambah 1 meter saling menjauh,
saya masih merasa takjub dengan perbuatan tangan Tuhan barusan. 

Takdir itu memang Tuhan yang menciptakan, sedangkan kamu diciptakan Tuhan untuk membuat saya percaya kalo takdir itu ada. Yang saya belum percaya, apa kamu ditakdirkan untuk saya (?)

Comments